Rencana Untan Membangun Fakultas Bersama
Oleh
:Tri Mulyaningsih
Untan tengah merencanakan untuk
membangun fakultas bersama. Fakultas ini baru dapat dirasakan oleh para
intelektual muda beberapa tahun mendatang.
Andre
Forniko, Wapresma BEM Untan setuju dengan dibangunnya Fakultas Bersama. Namun,
ia juga mempertanyakan sumber dana pembangunan itu sendiri. Ia tegas menolak
jika nantinya dana untuk membangun fakultas tersebut akan dibebankan pada
mahasiswa. “Itu kebanggaan kalau punya universitas satu atap. Tapi yang masih
harus dipertanyakan mengenai sumber dananya. Yang saya tau, sumber dana
tersebut diperoleh dari pinjaman. Yang jadi masalahnya, bagaimana cara
pengembaliannya. Kalau tidak bisa mengembalikannya, semua itu akan dibebankan
pada mahasiswa dan itu bisa saja menjadikan BHP terwujud,” tandasnya.
Pembantu Rektor IV, Iqbal Arsyad, membantah
isu pembangunan fakultas Bersama akan
mengorbankan mahasiswa. Hal ini terkait dengan dana 400 milyar yang akan
digunakan dalam realisasinya untuk 3-5 tahun mendatang. Dana tersebut tidak
akan dibayar oleh pemerintah dartah ataupun Untan sendiri. Dana untuk membayar
pembangunan itu akan diambil dari dua puluh persen dana APBN yang telah
disediakan pemerintah pusat. Pembangunan Fakultas bersama ini di bantu oleh Internasional
Development Bank (IDB) melalui Government to Government (GTG). Jadi, kalau
peluang ini tidak di tangkap sekarang Untan akan ketinggalan dari 6 Perguruan Tinggi di Jawa seperti Universitas
Diponegoro (UNDIP) dan Universitas Negeri Jogjakarta (UNJ) yang telah
memanfaatkan dana ini.
Fakultas Bersama ini merupakan
tindak lanjut dari penyelesaian tata ruang Untan akhir tahun 2007. Alasan
dibalik perancangan Integrated
University ini ialah
menyangkut keefisienan dalam tata ruang, mulai dari listrik, air, kebersihan,
dan komunikasi yang terkontrol dan mudah diawasi. Keamanan sebaiknya
diintegrasikan untuk menekan biaya
pelaksanaannya. Sementara itu, alasan utama
rencana pembangunan Fakultas Bersama ini ialah demi menjaga citra
universitas negeri satu-satunya yang menjadi icon Kalimantan Barat.
Pembangunan fakultas bersama ini dimulai
dengan mengajukan proposal sesuai standar IDB yang akan diajukan ke depdiknas dan
diagendakan dalam Blue Book IDB pada pertengahan Desember 2008 ini. Lalu, pihak
universitas akan melakukan rapat dengan seluruh unit yang ada di Untan dan
mengadakan ekspos di masing-masing unit
tersebut untuk melihat bayangan berbagai fakultas di Untan dalam dua puluh
tahun mendatang. Segala aspirasi yang berkaitan dengan kemajuan Untan akan
ditampung dan dijadikan sebagai pijakan dalam agenda selanjutnya. Apabila dalam
rapat tersebut keinginan untuk membangun gedung perkuliahan satu atap telah
menjadi keinginan bersama, maka rencana pembangunan ini akan tetap dilanjutkan
pada tahap perealisasiannya yang lebih konkrit.
Pengajuan
proposal ini tidak selalu berjalan mulus. Untuk mengelola data yang
representatif diperlukan data akademis dan jumlah mahasiswa dari lima
tahun lalu sampai sekarang. Artinya,
banyak waktu dan tenaga yang terkuras sehingga tim yang bertanggung jawab pada
fakultas bersama ini selalu mengevaluasi segala sumber daya, sarana maupun
prasarana yang diperlukan.
Dalam rancangannya, wajah Untan yang
baru nantinya jauh berbeda dengan Untan sekarang.
Mahasiswa Untan yang saat ini terpisah-pisah dalam sembilan gedung fakultas
nantinya akan disatukan dalam satu bangunan terpadu yang akan berlokasi di
depan rektorat ini menjadi empat lantai dimana tiap lantai akan disediakan dua
ruang untuk berdiskudi antara dosen dengan dosen maupun antara dosen dengan
mahasiswa. Dengan adanya satu gedung yang terintegrasi ini mahasiswa pun akan
lebih mudah untuk saling berinteraksi dengan mahasiswa beda jurusan yang kita
tahu bahwa terdapat beberapa fakultas yang kurang akur lantaran tidak saling
mengenal. “Saya berharap agar nantinya terjadi interaksi diantara mahasiswa
yang selama ini gara-gara senyum saja bisa kelahi,” kata Iqbal Irsyad saat di
temui di ruang kerjanya. Di tempat yang berbeda Dekan Fakultas Tekhnik
mengatakan, “Yang harus diingat bahwa fakultas bersama itu berbentuk
kegiatan-kegiatan dan proses belajar dalam satu masa tertentu dengan jumlah
mahasiswanya yang cukup besar sekitar lima
belas ribu orang. Sehingga kalau dimasukkan dalam satu gedung tertentum tentu
sirkulasi di dalamnya harus diatur dengan baik.”
Di
lain sisi bangunan lama akan dialihfungsikan menjadi tempat-tempat yang lebih
berguna seperti tempat atau sarana pelatihan dan sebagai fasilitas penginapan
bagi mereka yang berada di luar kota.
Proses
realisasi fakultas bersama ini menimbulkan dua pendapat yang saling bertolak
belakang. Terdapat mahasiswa yang setuju dengan hal ini. Hal ini diungkapkan
oleh Chandra Kusuma, mahasiswa fakultas
kedokteran angkatan 2008, “Kalau pembangunan fakultas bersama ini melibatkan
pengeluaran mahasiswa sebaiknya jangan meskipun kita tau bahwa ada sebagian
mahasiswa yang bekerja sambil kuliah tapi kan masih dibiayai orang tua juga. Tapi
kalau pembangunan yang tidak melibatkan mahasiswa sih boleh, untuk mempererat
hubungan persaudaraan antar mahasiswa”. Hal senada juga diungkapkan oleh Supri,
mahasiswa tekhnik elektro. Ia setuju dengan rencana pembangunan fakultas
bersama ini. “Saya setuju-setuju saja. Tapi tentunya harus ada alasan-alasan
yang jelas agar tidak terjadi bentrokan karna pada intinya kita itu satu
saudara. Kalau dipikir-pikir perlu juga di gabung sih. Kan fakultas hukum lebih kepada sosial
sedangkan tekhnik lebih kepada eksakta.”
Di
lain sisi terdapat mahasiswa yang menyatakan tidak setuju dengan rencana
pembangunan fakultas bersama ini. Marcel, mahasiswa tekhnik sipil mengatakan,
“Tidak setuju. Karna menimbulkan kesenjangan antar mahasiswa. Menimbulkan
konflik oleh karena ego.” Di tempat yang sama, beberapa mahasiswa tekhnik
lainnya juga menyatakan ketidaksetujuannya dengan adanya rencana fakultas
bersama ini. Mereka mengatakan bahwa sejarah tiap fakultas itu berbeda. Mereka juga
meminta kepada pihak rektorat untuk diadakan seminar antara mahasiswa dari
semua fakultas dengan para petinggi kampus untuk mendengar aspirasi mereka.
“Kalau mahasiswanya tidak merasa nyaman percuma saja jika seluruh dekan setuju
dengan pembangunan ini,” kata salah seorang dari mereka. Selain itu, mereka
juga menawarkan solusi lain, yaitu menggunakan dana pembangunan Untan untuk
beasiswa mahasiswa dan peningkatan pembangunan rusun karna menurut mereka biaya
sewa rusun dinilai masih terlalu mahal.
0 komentar:
Posting Komentar