ASNIAR |
“Pantas Diberi Nilai A, Walau Pointnya Tidak Sampai
100”
Oleh Tantra Nur’andi
Di
tengah deretan catatan panjang yang
mesti diperbaiki, tak sedikit juga yang memuji atas kepemimpinan Asniar selama
empat tahun ini dan menjadi bekal untuk terus dilanjutkan oleh pemimpin
berikutnya.
Selama kepemimpinan Asniar, Untan
selalu dalam keadaan kondusif minimal di tiga aspek, yaitu pendidikan dan
pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat. ”Tidak ada gejol
ak dan
masalah yang berarti selama kepemimpinan Asniar di tiga aspek ini, semua
lancar-lancar saja,” ujar Dekan Fakultas Pertanian, Radian.
Keberhasilan Asniar dalam memimpin
Untan tercermin dari tidak pernah ada hambatan yang berarti pada aspek
pendidikan dan pengajaran, jumlah hasil penelitian mengalami peningkatan,
adanya beberapa hibah kompetensi yang Untan dapat. Dari segi hubungan keluar
Asniar sudah cukup mampu mengadakan MoU baik dengan lembaga-lembaga nasional
dan Internasional.
”Pantas diberi nilai A walaupun point nya
tidak 100 tetapi 80 sampai 85 untuk
kepemimpinan Asniar. Rektor baru nanti diharapkan bisa mencontoh
kepemimpinan Asniar,” kata Radian.
Hal
senada juga diungkapkan Amir Dahlan, Ketua BAAK Untan terhadap kemimpinan
Rektor Asniar selama empat tahun ini. Ada hal yang sangat menarik pada diri
Rektor Untan yaitu Keterbukaan dalam
memimpin. ”Setiap ada permasalahan yang terjadi pasti selalu dimusyawarahkan
dengan staf-stafnya. Begitu juga dengan kritikan-krtikan yang disampaikan
kepada Rektor baik dari segenap civitas akademika maupun dari luar Untan pasti
akan di perhatikan oleh Rektor Asniar,” katanya.
Selain terbuka dalam memimpin Untan ternyata
Asniar juga pandai dalam membina hubungan kerjasama dengan pihak luar Untan.
”Di masa Asniar, Untan cukup banyak mengadakan kerjasama dengan pihak Pemkot,
Pemda dan pihak–pihak lainnya. Sebagai bukti kesuksesan Asniar dalam menjalin
kerjasama adalah berdirinya Fakultas Kedokteran yang bekerja sama dengan pihak
Pemkot dan Pemda di Kalbar,” tegas Amir Dahlan.
Senada dengan Dekan Fakultas Pertanian, Amir
Dahlan, Ketua BAAK Untan begitu memuji kepemimpinan Rektor Asniar. ”selama
Asniar menjadi Rektor permasalahan-permasalahan internal sangat jarang terjadi.
Dan nilai A dengan point 80-90 untuk Rektor Asniar,”ujarnya.
Rektor Asniar adalah figur yang harus dicontoh
oleh rektor baru karena Prof. Hj. Asniar Subagio. SE, MM merupakan sosok
seorang ibu yang sangat bijaksana, mau terjun kelapangan, dan sangat
bermasyarakat artinya Asniar sangat dekat dengan staf-stafnya dan dekat dengan
mahasiswa. ”Rektor Asniar menganggap mahasiswa seperti anaknya dan mahasiswa
juga menganggap Asniar seperti ibunya sendiri. Dia adalah rektor yang paling
bijaksana dan bermasyarakat dibandingkan dengan rektor-rektor sebelumnya,”
ungkap Mohammad, S.H, Staf Kabag Kemahasiswaan Untan.
Dia
mengungkapkan dari segi manajemen internal pimpinan Untan yang akan berakhir
masa jabatannya ini sangatlah baik. ”Asniar sangat transparan kepada
staf-stafnya, tidak ada hal yang ditutup-tutupi olehnya selama empat tahun
memimpin Untan. Asniar juga seorang pemimpin yang sangat memperhatikan
kesejahteraan para staf-stafnya,” kata bapak yang biasa dipanggil Ahmad ini.
Prof.
Dr. H. Maswardi Muhammad Amin, MPd, Pembantu Rektor I Untan mengatakan bahwa
keadaan Untan sekarang telah baik dan kedepan harus lebih baik. ”Dari segi
akademik Untan sudah baik. Misalnya IPK mahasiswa Untan sudah banyak yang
mencapai 3,50. banyak prodi yang mendapatkan hibah-hibah, aktivitas Pusat
Penjamin Mutu (PPM), Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPKM) Untan sudah lancar,” katanya.
Maswardi
juga membantah jika struktur di Untan banyak yang tidak berjalan efesien dan
efektif. ”Orang yang bicara seperti itukan mereka diluar tidak bekerja didalam.
Jadi mereka tidak tahu. Kalau ada pusat studi atau pusat kajian yang tidak
efektif itukan tidak bisa digeneralisasikan bahwa keadaan Untan dibawah rektor
Asniar kurang baik,” jelas Maswardi.
Mahasiswa Berkata tentang Rektor
Bagi
Galih Usmawan, Ketua BEM Untan, selama dikelola oleh Asniar, yang perlu digugat
adalah dalam pelaksanaan tri darma perguruan tinggi, Untan telah kehilangan
roh. Selama ini yang dilakukan oleh pejabat-pejabat Untan hanya bersifat
kerja-kerja rutinitas dan tidak dapat membangun sebuah nilai. Mulai dari
pengajaran, tidak ada relevansi kurikulum yang dilakukan Untan untuk menjawab
perkembangan teknologi. Pengajaran hanya bersifat transfer ilmu yang membuat
paradigma berpikir mahasiswa tidak lagi progresif. ”pendidikan kemudian hanya
sekedar mengejar gelar,” kata Galih.
Begitu juga
dengan masalah penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Penelitian yang
dilakukan Untan selama ini belum mampu menjawab persoalan–persoalan yang
terjadi di masyarakat Kalbar. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat pun kurang
begitu dirasakan oleh rakyat Kalbar. ”Yang terjadi selama ini Untan dalam
melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat hanya sekedar mengejar proyek.
Dan sudah saatnya Untan perlu merombak total dalam konsep Tri Darman nya,” tegas
Galih.
Dalam
hal tradisi ilmiah, Untan juga dirasakan gagal membangun tradisi ilmiah dari
suatu perguruan tinggi. Keadaan ini bisa dilihat dari jarang ada
seminar-seminar, diskusi-diskusi yang sifatnya mengkaji persoalan-persoalan
daerah secara ilmiah. ”Ditingkat kegiatan mahasiswa pun Untan kurang mendorong
kajian-kajian ilmiah yang bersifat kritis,”ungkap Galih, yang juga mahasiswa
FKIP.
Persoalan
yang paling berdampak pada Untan kedepan dalam menyongsong globalisasi, menurut
Galih adalah ketika Untan harus bersaing dengan perguruan tinggi lainnya yang
berasal dari luar Kalbar dan telah membuka cabangnya di Kalbar, jika Untan
tidak menjaga dan terus memperbaiki kualitasnya maka dapat dipastikan Untan
tidak lagi diperdulikan oleh masyarakat. ”Bila Untan terlalu latah dalam
membaca semangat zaman, Untan akan tersingkir,” papar Galih. .
Wahyudi,
Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Untan (DPM), mengungkapkan meski ada sedikit
perkembangan Untan selama kepemimpinan rektor Asniar, tapi perlu diperhatikan
ada masalah yang paling mendasar dan ini sepertinya sudah menjadi suatu penyakit
akut yang sulit diperbaiki, yaitu dalam hal kedisiplinan terutama kedisiplinan
dosen dirasakan saat kurang sekali.
Walau pun dosen itu tanggung jawab kontrolnya
ada pada fakultas, tapi mesti harus ada tindakan tegas dari pimpinan
universitas kepada dosen-dosen yang tidak menjalankan tugasnya. ”Bagaimana kita
mau bicara peningkatan pelayanan mutu kalau dari dosennya sendiri kurang
disiplin dalam menjalankan tugasnya,”Kata Wahyudi.
Bicara
masalah lingkungan Untan, Wahyudi berpendapat, selama empat tahun ini, Untan
semakin tidak dapat menata ruang lingkungan Untan. Contohnya taman Untan kurang
terawat dengan baik, masih banyaknya lahan tidur milik Untan, warung atau
kantin berdiri dimana-mana kadang kurang beraturan, ”Untan tidak hanya buruk
dalam kualitas tetapi dalam kondisi fisik Untan juga tidak cukup
baik,”ungkapnya
Persoalan
lain yang juga jarang diperhatikan oleh Untan selama masa kepemimpinan rektor
Asniar adalah pembinaan terhadap kegiatan organisasi mahasiswa. Selama ini
Untan dirasakan hanya memberikan fasilitas fisik seperti sekretariat, uang
kegiatan kemahasiswaan tetapi tidak pernah melakukan pembinaan dalam kegiatan
kemahasiswaan.
”Selama kepemimpinan Asniar tidak pernah
kegiatan mahasiswa itu dibina. Sepertinya Untan tidak terlalu ambil perduli
terhadap perkembangan kegiatan keorganisasian. Apakah mau maju dan berkembang
atau mengalami kemunduran dan akhirnya vakum, ”Keluh Wahyudi yang juga
mahasiswa FISIP.
Persoalan ini terjadi
karena orientasi pendidikan Untan hanya kepada peningkatan kecerdasan
intelektual tetapi tidak di bentuk kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial.
Dua kecerdasan ini dapat dibentuk melalui organisasi,” Tambahnya..
0 komentar:
Posting Komentar