Thank's For

Resensi "Populer Culture" - LPM Universitas Tanjungpura


Buku Populer Culture Dominic Strinati

Judul buku : populer culture
Penulis : Dominic Strinati
Cetakan : mei 2007-11-07
Penerbit : jejak
Tebal : 343 halaman
Presensi : Heri Usman

Fokus buku ini adalah teori-teori maupun perspektif-perspektif budaya populer. Buku ini tidak berusaha membahas tradisi-tradisi khusus penelitian khalayak dan isu-isu metologi yang dimunculkannya. Ini bukan karena tradisi-tradisi itu tidak penting bagi perkembangan budaya populer.


Meskipun buku ini mengintroduksi suatu gambaran dan kritik atas teori-teori budaya populer. Teori yang dipakai dalam buku ini, semisalnya Marxisme dan feminisme, tak kurang dan tak lebih semacam itu, tetapi akan dibahas dalam kerangka apa yang disampaikan soal budaya populer. 
Perkembangan gagasan budaya populer terkait dengan perselisihan atas makna dan interpretasi yang mendahului menjadi tampak menonjol dalam perdebatan soal budaya massa. Secara khusus, ada tiga tema atau argumen saling terkait. Tema pertama adalah apa atau siapa yang menentukan budaya populer. Dari mana datangnya budaya populer? Apakah ia lahir dari orang awam sendiri sebagai salah satu bentuk ekspresi mandiri atas kepentingan mereka dan berbagai bentuk pengalaman mereka, ataukah budaya populer itu dipaksakan dari atas oleh mereka yang sedang berkuasa sebagai salah satu bentuk kontrol sosial? Apakah budaya populer muncul dari orang awam atau turun para elite atakah itu semata merupakan suatu persoalan interaksi di anatara keduanya? Tema kedua berkenaan dengan pengaruh komersialisasi dan industrialisasi terhadap budaya populer. Apakah lahirnya budaya dalam berbagai bentuk komoditas berarti bahwa kriteria nilai keuntungan dan nilai jual lebih penting dari kualitas, keindahan, integritas, dan tantangan intelektual? Ataukah semakin banyaknya pasar universal bagi budaya populer menjamin bahwa budaya itu benar-benar populer karena ini menyediakan komoditas yang benar-benar dibutuhkan orang kebanyakan? Siapa yang menang jika budaya populer dibuat secara industri dan dijual sesuai dengan kriteria nilai jual dan nilai keuntungan perdagangan atau kualitas. Tema ketiga menyangkut ideologis budaya populer. Apakah budaya populer memang diperuntukkan untuk mengindoktrinasi orang kebanyakan, memaksa mereka menerima dan mengikuti gagasan maupun nilai-nilai yang memastikan dominasi terus-menerus mereka memiliki kedudukan istimewa yang menguasai mereka. Ataukah itu merupakan pemberontakan dan pembangkangan terhadap aturan sosial umum. Apakah budaya populer ini mengekspresikan perlawanan terhadap mereka yang berkuasa, dengan cara yang betapa pun tak terasa, halus dan belum berkembang, dan merupakan subversi cara-cara berpikir dan bertindak dominan.     

Budaya massa dan masyarakat massa
Sebagai usaha mendefinisikan secara tepat apa yang dimaksud dengan konsep budaya massa, industrialisasi dan urbanisasi berfungsi menciptakan apa yang disebut sebagai ”atomisasi”. Ini berarti bahwa sebuah masyarakat massa terdiri atas orang-orang yang hanya bisa berhubungan satu sama lain seperti atom dalam sebuah senyawa fisika atau kimia. Masyarakat massa terdiri atas orang-orang yang diatomisasi, orang-orang yang kurang memiliki hubungan satu sama lain yang bermakna dan koheren secara moral. Orang-orang ini jelas tidak pahami secara murni dan begitu saja sebagai atom-atom yang terisolasi, tetapi tapi hubungan-hubungan itu dikatakan murni bersifat komunal dan benar-benar terintegrasi. Individu-individu di dalam masyarakat massa dibiarkan berbuat sesuka hatinya, semakin sedikit memiliki gagasan mengenai cara hidup yang layak secara moral, karena masyarakat massa, disebabkan solusi yang tepat  dan efektif bagi permasalahan-permasalahan tersebut.
Teori masyarakat massa merupakan salah satu upaya untuk menunjukan adanya potensi yang terbuka bagi propaganda massa, potensi bagi kaum elit dalam memanfaatkan media massa untuk menunjuk, mempersuasi, memanipulasi dan mengeksploitasi orang kebanyakan secara lebih sistematis dan merata dibandingkan sebelumnya. Sebelum mengamati teori budaya massa secara langsung salah satu persoalan definisi penting perlu dijelaskan, yaitu berkenaan perbedaan antara budaya atau seni kaum elite, budaya populer atau budaya awam, dan budaya massa.
Menurut teori ini, budaya massa adalah sebuah budaya standar, memiliki rumusan, berulang dan bersifat permukaan, yang meng angungkan kenikmatan remeh, sentimental, sesaat dan menyesatkan dan menyesatkan dengan mengorbankan nilai-nilai keseriusan, intektualitas, penghargaan atas waktu dan autentisitas.
Zaman sekarang mungkin lebih sulit lagi mencari banyak orang yang akan secara terbuka dan konsisten menganut teori itu masih populer di sejumlah kelompok, contohnya di antara mereka yang melakukan pembelaan terhadap apa yang mereka pandang sebagai sastra dan seni adilubung.  
Jika kita membandingkan antara perspektif ekonomi politis dengan sejumlah perspektif dari teori-teori lain yang dibahas dalam buku ini, akan dapat diketahui bahwa perspektif-perspektif dari teori-teori lain itu tidak bisa segera menjelaskan produksi, penyebarluasan dan konsumsi gagasan, pengetahuan dan kebudayaan, dan juga tidak mampu menjelaskan bagaimana kesemuanya itu dibatasi oleh sistem kekuasaan kelas. Sebagaimana kita ketahui, ada pendekatan-pendekatan yang mengabaikan produksi budaya populer maupun kendala-kendala ekonomi yang terjadi. Pendekatan ekonomi politis menekankan pada aspek-aspek tertentu dari kondisi struktural di mana budaya populer dihasilkan, disebarluaskan dan dikonsumsi. Meskipun argumen-argumen tersebut jelas penting dan harus dipertahan, seberapa jauhkah untuk mengambarkan kita dalam memahami budaya populer.
Dalam proses ini, media jelas menjadi semakin penting. Bangkitnya bentuk-bentuk komunikasi massa modern maupun pengembiakan budaya media populer yang disosialisasikan sehingga menjadi hal penting dalam kerangka penjelasan teori posmodren. Yang dapat disimpulkan dari adalah bahwa media massa telah menjadi hal utama bagi arus komunikasi dan informasi di dalam maupun di antara masyarakat-masyarakat modern bahwa mereka bersama-sama dengan konsumerisme. Dunia ini semakin banyak dijelajali dengan film-film media dan citraan dunia populer, TV, VDU, Vidio, Komputer, game komputer, tape pribadi, iklan, taman hiburan, pusat perbelajaan, ’modal rekan’ atau kredit yang merupakan bagian sekaligus kemasan tren ke arah budaya populer.[]  

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan