Thank's For

Isthikaharah


Kisah ini bermula saat aku menggoda teman baikku, Anisa, dimalam hari saat aku datang berkunjung ke rumahnya. Aku tak pernah mengira bahwa ejekan yang aku berikan kepadanya akan berujung pada kisah tragis seperti ini. Aku hanya  menggodanya dengan mengancam akan memberi tahukan perasaannya kepada orang yang dia suka, Arif. Tapi, dia malah balik mengancamku. Namun, karena aku yakin  ini hanyalah candaan,  aku tidak menggubris ancamannya, malah semakin memanas manasinya. Aku katakan kepadanya, “katakan saja kepada orang yang aku suka kalau aku menyukainya”. Dan dengan semangat empat lima, dia mengambil hp ku dan langsung menelpon orang yang kusukai dan mengatakan semua perasaanku selama ini.

Dan apa yang tidak disangka sangka pun terjadi, orang yang kusukaipun akhrinya tahu secercah perasaanku kepadanya.
Aku hanya diam membeku tanpa sadar apa yang sedang terjadi. Kupikir, ini pasti hanya candaan. Tidak mungkin dia akan mengatakannya, sesuatu yang sangat fatal jika benar benar terjadi. Tapi.. oh ya Allah, Nisa benar benar mengatakannya. Aku tahu itu suara Vandy, orang yang kusukai. Aku tahu itu dengan pasti saat Nisa mengarahkan telpon genggamku kearah telingaku.
Dan kisah cintaku pun bermula dari sini...
Namaku Rani. Aku adalah seseorang yang sangat tertarik dengan agama sejak SMA. Aku tahu tidak ada pacaran sebelum menikah didalam islam. Begitu juga dengan Vandy, orang yang kusukai. Jadi, sesuatu yang sangat lucu dan aneh jika orang sepertiku mengatakan cinta kepada orang yang kusuka, apalagi dengan orang yang mempunyai kesamaan prinsip denganku. Sangat tidak mungkin. Menyukai seseorang itu wajar, tapi, berpacaran... no.
Tapi... apa yang saat ini terjadi membuatku bingung. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Apa untungnya orang yang kusukai tahu perasaanku. Bukannya itu hanya akan merusak hubungan ku dengan dirinya? Berpacaran juga tidak bisa, lagi pula, belum tentu juga Vandy menyukaiku.
Aku pulang dengan membawa kekesalan yang banyak didalam hati. Tanpa semangat dan tanpa berwajah manis saat pamitan untuk pulang. Entah apa yang aku pikirkan saat itu. aku hanya berharap, matahari masih memberikan cahanya besok pagi di kehidupanku.
Beberapa hari setelah kejadian hari itu, Vandy menghubungiku. Ia menanyakan kebenaran perasaanku padanya. Aku bingung harus berkata apa. Kujawab saja iya dengan menjelaskan bahwa ini semua hanyalah perasaan semu yang tidak perlu dikhawatirkan. Cinta itu wajar kan. Toh aku juga tidak meminta sesuatu yang lebih padanya. Dan ia mengerti apa yang kukatakan kepadanya.
Syukurlah, setelah kejadian itu, hubunganku dengan Vandy tidak memburuk, malah semakin baik. Jadi sering berdiskusi bahkan untuk masalah yang sepele. Pada dasarnya, aku dan dia memiliki pribadi yang hampir sama, mulai dari apa yang disukai dan hobi kami. Bisa dikatakan aku seperti bercermin saat melihat dirinya.
Dia tidak menggubris perasaanku. Tidak marah dan menjauhi ku karena apa yang aku rasakan terhadapnya. Menerima semuanya perlakuanku dengan santai seakan akan tidak terjadi apa apa diantara kami. Pembicaraan kami pun tergolong pembicaraan yang  biasa biasa saja. Sama seperti sebelum dia tahu perasaanku. Dan karena dia tidak menolaknya, aku pun sering iseng mendekatinya sedikit demi sedikit. Aku tahu, saat itu, prinsip ku mulai goyah. Aku lebih banyak memberikan keringanan kepada diriku. Kupikir, tidak akan terjadi masalah besar kalau aku sedikit lebih mendekat kepadanya.
Bibit bibit cinta pun mulai tumbuh dan bersemi. Entah kenapa, aku semakin menyukainya. Vandy tidak pernah marah dan melarangku untuk menyukainya. Ia membiarkan aku melakukan apapun yang aku inginkan. Ia memberikanku lampu hijau untuk menyukainya. Mungkin karena ia tidak ingin menyakiti perasaanku yang halus dan mudah tersinggung ini. Dan aku sangat senang dengan semua itu.
Lama sudah semenjak kejadian itu. Aku semakin dekat denganya, jadi sering datang berkunjung kerumahnya dengan alasan meminjam sesuatu atau apapun alasannya asal bisa dijadikan alasan agar aku bisa bertemu dengannya. Dan terkadang,  aku , Nisa dan dia jalan bersama hanya untuk sekedar makan atau membeli sesuatu. Bahkan, terkadang, ia pun sering datang berkunjung kerumahku dengan berbagai alasan.
Makan bersama, jalan bersama, melakukan berbagai aktivitas bersama, menjahit bersama dan segudang aktivitas bersama dengan dirinya. Dan karena itu, semakin hari, aku semakin sadar, aku semakin menyukainya, juga semakin takut jika jodohku ternyata bukan dirinya. Aku juga perlahan lahan menjauh dari teman temanku karena lebih sering bersama dengan dirinya. Entah kenapa semua itu terjadi.
Aku pernah menanyakan kepadanya, apakah ia menyukaiku atau tidak. Tapi, ia selalu mengelak. Mungkin, cinta ini hanya aku saja yang merasakannya. Biarpun hanya aku yang merasakannya, suasana seperti ini sungguh menyenangkan. Sayang untuk dilewatkan.
Tanpa kuketahui, Nisa pun diam diam mencari tahu, apakah Vandy menyukaiku atau tidak. Mereka bahkan sering menyuruhku pulang duluan jika kami bertiga sedang berkumpul. Aku sering bertanya apa yang mereka bicarakan disaat aku sudah pulang. Tapi, Nisa tidak pernah memberi tahu ku. Ia malah menyuruhku untuk bertanya kepada Vandy.
Lama sudah tingkah laku anehku ini muncul. Dari seseorang yang tidak pernah telpon telponan dengan laki laki atau sekedar jalan bareng dengan mereka, bahkan berkunjung kerumahnya. Aku tidak pernah melakukan hal hal seperti itu sebelumnya, apalagi niatnya hanya untuk bertemu dengan orang yang aku sukai.
Aku gelisah. Aku mulai mempertanyakan tingkahlaku ku sendiri. Apakah yang aku lakukan ini sudah benar. Atau, aku sedang melakukan suatu kesalahan saat ini. Kalau aku salah, kenapa mereka tidak memberitahuku.  Apa karena teman temanku tidak sadar akan tingkah laku baruku. Apa karena aku  terlalu tertutup kepada mereka, sehingga mereka tidak tahu apa yang sedang aku alami.
Aku pun memberanikan diri untuk berdiskusi dengan guru ngajiku. Aku tak mau, hanya karena hal hal seperti ini, aku kehilangan hal yang paling berharga dalam hidupku.
Guru ngajiku pun berkata, bahwa pacaran itu hanya simbol, yang tidak di perboleh kan dalam islam itu adalah hal hal yang mendekati zinah. Tidak pacaran pun kalau kita melakukan hal hal yang mendekati zinah , itu tidak di perbolehkan. Karena, siapa yang bisa tahu, kapan hasrat dan keinginan kita bisa timbul dengan sangat tinggi.  Kalau iman kita sedang lemah, keinginan itu bisa saja kita teruskan dan itu bisa merusak kehidupan kita.
Lupakanlah,relakanlah, mumpung perasaan itu masih rendah, masih tidak terlalu tinggi, masih bisa diredam. Kalau ternyata dia bukan jodohmu, kau bisa menangis darah karenanya. Berbuat dosa itu, membuat hati tidak tenang. 
Semalam suntuk aku memikirkan hal ini.  Karena kepalaku sudah sangat buntu, aku memutuskan untuk meletakkan keningku di hadapan Allah. Memohon petunjuknya tentang apa yang seharusnya aku lakukan. Jika memang dia lah jodohku, maka jalan itu pasti akan terbentang. Namun, jika memang dikemudian hari, ternyata ia bukanlah jodohku, aku berharap Allah menjauhkanlah aku darinya dengan cara yang tidak menyakitkan. Atau, kalau ternyata dialah jodohku, dan mengetahui dirinya adalah jodohku saat ini,dapat merusak kehidupanku, aku juga berharap Allah menjauhkan ia sesaat sampai waktu yang tepat untuk mendekat itu datang.
Esok paginya, keinginanku untuk memutuskan perkara ini pun sudah mantap. Aku datang kerumahnya dengan membawa sebuah buku sebagai alasan kedatangan. Setelah memberikan buku itu, aku menjelaskan panjang lebar pemikiranku tentang kejadian yang selama ini sudah terjadi antara aku dan dirinya. Aku katakan, aku merasakan kegundahan hati, dan kebimbangan yang besar setiap kali hendak bertemu dengan dirinya. Aku tahu, apa yang akulakukan itu salah, tapi, karena aku menyukainya, aku menolak hati nuraniku.
Aku juga bertanya kepadanya, apakah ia juga merasakan hal itu. dia hanya mengangguk, dan mengatakan “semua orang yang  berprinsip pasti merasakan kegundahan saat prinsipnya mulai tergoyahkan”. Aku katakan kepadanya,  aku tidak tahu perasaannya kepadaku, tapi, aku harap, jika dialah jodohku, suatu saat nanti, aku pasti akan ada jalan yang akan mendekatkan aku dan dia kembali. Aku siap kehilangan dia sebagai orang yang spesial di hatiku, tapi aku tidak siap kehilangan dia sebagai sahabatku.  Dia pun mengerti apa yang aku katakan.Aku senang, dialah orang yang aku sukai. Karena, aku tidak perlu takut hubunganku dengan dirinya rusak hanya karena masalah seperti ini.
Beberapa hari setelah kejadian itu. Vandy pun kembali kuliah di pulau jawa dan meniggalkan pulau kalimantan, tempat ku berada saat ini.
Jawaban solatku pun muncul satu minggu setelah keberangkatannya.
Saat aku jalan jalan didepan rumahnya. Aku melihat ada tulisan “di jual” di pintu rumahnya. Aku menyuruh temanku menanyakan hal itu kepadanya, dan ternyata, orang tuanya di pindah tugaskan ke balik papan. Dan itu artinya, aku tidak akan melihatnya lagi disaat liburan kuliah tiba, atau bahkan mungkin, aku tidak akan bertemu dengannya lagi. Aku sedih mendapati kejadian ini. Mungkinkah dia bukan jodohku? Itulah yang kupikirkan berkali kali. Tapi, aku percaya, Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hambanya.  Yang baik untuk yang baik dan yang buruk untuk yang buruk.
Hampir tiap malam aku meneteskan air mata karenanya. Mengingat aku mungkin tidak akan punya kesempatan untuk bertemu dengannya lagi.
Nisa tahu kesedihanku, dan ia pun  mengatakan semua percakapannya dengan Vandy. Aku hanya bisa berlinang air mata saat mendengarnya. Vandy ternyata juga menyukaiku. Tapi, karena ia tidak ingin memberikanku harapan palsu, ia pun menyimpan perasaannya  itu rapat rapat, dan hendak mengatakannya disaat waktunya sudah tiba. Ia mengerti, masa depan tidak selamanya sama dengan yang kita inginkan.
“Aku hanya tidak ingin membuat Rani hancur seperti engkau hancur hanya karena masalah cinta. Ia gadis yang solehah, dan tidak sepantasnya hancur hanya karena masalah cinta...”
Itulah yang dikatakannya kepada Nisa saat itu.
Aku hanya bisa tersenyum bahagia saat mendengar semuanya dari Nisa. Aku semakin percaya, bahwa yang baik pasti hanya untuk yang baik. Kita tidak pernah tahu siapa jodoh terbaik kita, yang baik didepan mata belum tentu terbaik untuk kehidupan kita. Jadi, serahkan saja semuanya kepada Allah, karena Dialah yang lebih mengetahu mana yang terbaik  untuk kehidupan kita.
Terkadang, aku masih berharap dialah jodohku. Kalau ternyata aku memang adalah orang yang bisa membahagiakan dirinya, dan dia bisa membahagiakan diriku, jalan untuk merajut kembali cinta itu pasti akan tiba tidak lama lagi. Aku percaya itu. tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Asam dan ikan yang jauhpun pada akhirnya bisa bertemu di kuali penggorengan kan.[]
Sekian
Oleh : Hilda Az Zuhra**
**Penulis adalah mahasiswa semester V
Fakultas MIPA Untan

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan