Thank's For

Menulis Memang Gampang


Menulis memang gampang.

Oleh: Jumardi Budiman


Cuaca sudah mulai panas ketika saya dan beberapa rekan dari Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Tanjungpura tiba di gedung Rektorat Untan. Kami bermaksud mengikuti seminar nasional dengan tema ”Menulis buku itu gampang” yang diselenggarakan oleh Lentera Community.

Salah satu pembicara yang hadir yakni Radithya Dika, penulis dan pemeran utama film kambing jantan serta tiga orang pembicara lain Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untan Aswandi, Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Leo sutrisno, dan Jonru selaku pengajar di Sekolah Menulis Online.
Jonru memberikan materi tentang proses penerbitan, mulai dari pengajuan naskah sampai pencetakan.

”Alur kerja penerbitan itu pengajuan naskah, editing, desain, cetak dan terakhir baru proses distribusi” jelas Jonru.

Selain itu, ia juga memberikan kiat-kiat bagi penulis pemula yang ingin mengajukan naskah kepada penerbit antara lain penulis harus tahu karakteristik penerbit, standar naskah yang ditetapkan dan seberapa besar perusahaan penerbitan itu. Dengan demikian, penulis akan dapat menentukan penerbit mana yang kemungkinan besar dapat menerbitkan naskahnya.

Bila penulis ingin menerbitkan sendiri naskahnya, maka penulis dapat langsung mengantarkan ke percetakan atau mencetak dan menjilid sendiri baru kemudian diedarkan. ”Tapi penulis harus mempunyai modal yang banyak atau memiliki sponsor yang bersedia menanggung semua biayanya” tambah Jonru. 

Sedangkan Leo Sutrisno memberikan materi tentang langkah-langkah penulisan yang baik dan benar sesuai dengan sistematika penulisan sehingga tulisan yang dihasilkan akan mempunyai ”ruh” dan enak dibaca. Langkah-langkah itu antara lain menentukan latar belakang penulisan, masalah yang akan dibahas, tujuan penulisan, serta manfaat yang akan diperoleh dari tulisan yang kita buat. Menurut dosen FKIP ini, langkah-langkah tersebut akan mempengaruhi gaya dan isi tulisan. Bila tujuannya hanya ingin menghibur pembaca sebaiknya gunakan gaya dan bahasa penulisan yang santai dan mudah dicerna namun bila ingin membuat karya ilmiah harus memperhatikan sitematika diatas dan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Adapun Raditya Dika, pembicara sekaligus bintang tamu dalam seminar tersebut lebih banyak melakukan sharing dan menghibur peserta dengan cerita-cerita lucu serta berbagi  pengalaman dalam menulis. Berbeda dengan pembicara lain yang lebih memilih duduk dalam menyampaikan materi, Radith  malah berdiri di depan peserta saat memberikan seminar. Dalam kesempatan itu ia juga menceritakan bagaimana pegalamannya ketika pertama kali menawarkan naskah tulisan dari blog-nya yang sempat dikira tulisan tentang dunia fauna oleh pemimpin redaksi, karena judul naskahnya ”Kambing Jantan”. Ia mengatakan bahwa alasan awal ia menulis adalah ingin berbagi dan bercerita kepada orang lain tentang kejadian sehari-hari yang ia alami. Ternyata banyak pengunjung blog yang menyukai tulisannya. Hal itulah yang mendorong Radit untuk mengajukan naskahnya ke penerbit. 

”Bila ingin jadi penulis yang baik, harus banyak membaca dan tentunya berlatih menulis, karena gaya penulisan seseorang akan sangat dipengaruhi oleh buku yang ia baca. Semakin banyak buku yang dibaca , maka akan semakin banyak pengetahuan tentang gaya penulisan yang diperoleh dan suatu saat ia akan menemukan gaya penulisannya sendiri yang berbeda dari orang lain, yang penting, menulis harus dengan ”hati” agar pembaca menjadi lebih menghayati maksud tulisan yang dibuat” kata Radit.

”Jangan takut salah dan terlalu terbebani dengan aturan penulisan yang baku, tulislah apa yang menurut kamu asik buat di tulis. Semakin terbiasa kita menulis, maka keinginan untuk memperbaiki tulisan sesuai dengan sistematika yang benar otomastis juga akan muncul,” pesannya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan