Beribu kenangan

Rasa kesetiaan itu masih saja ikhlas menemani. Kipas angin Miun menjadi saksi. Ia terus saja berputar memberikan kesejukan kepada kami, untuk mengisi perjuangan ini. Sebuah cerita yang terus saja berganti-ganti. Terkadang mengharukan, namun pula terkadang membahagiakan senantiasa berputar mengikuti roda waktu yang kian bergulir.

Perhatian, kebahagiaan, kesedihan, kegelisaan, rindu, riang telah berlalu. Untaian do’a-do’a penyemangat hadir bak air mengalir tiada henti. Yang selalu mengiring

i jejak langka kami, seakan langka cerita tak akan pernah kembali. Sungguh, seperti sebuah rangkaian tulisan sebagai pengisi diary yang tidak punya arti. Hanya kenangan yang nanti akan terlupakan. Namun kami merasa bangga, inilah sebuah bentuk skenario Tuhan yang harus kami lalui.

Tanpa terasa, perjalan kami selama satu tahun akan berakhir. Sebuah perjuang yang terasa berat akhirnya lepas dari pundak kami. Tapi, harapan besar, pada kami masih hadir. Semoga Miun kedepan lebih baik lagi. Sebuah harapan yang wajar adanya.

Kami percaya pada kaliamat sejarah, bahwa “bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai karnya bangsanya.” Berpegang dari sejarah  itulah, maka kami selalu berharap kepada para pembaca sekalian, untuk bersama berkarya. Sebuah karya sederhana dan mukin tanpa arti selama kami hadir dihadapan anda, semoga menjadi saksi sejarah kebersamaan kita selama ini.

Kami sadar, dalam kebersamaan kita selama ini, mungkin kami sering membuat kuping panas dan kebakaran jenggot berkenaan dengan terbitan kami. Tapi itulah tugas kami yang harus dijalan untuk mengungkapkan kebenaran.  

Jalinan ukhuwah yang selama ini kita jalin, semoga menjadi kenangan indah, yang mengisi ruangan kosong selama aktivitas kita sebagai mahasiswa. Semoga kerjasama yang telah terjalin akan terus bisa berjalan, walau roda waktu yang mengeringi kita berbeda kemudi.

Kami tahu, perpisahan bukanlah akhir dari segalanya. Namun awal sebuah kedewasaan kita dalam menerima Aktor dari Tuhan dan menaiki tangga realita. Ini adalah dunia kita. Dunia pers mahasiswa. Dengan segala corak dan bentuk romantisme didalamnya.

Jujur saja, kami sedih. Namun inilah waktu yang harus memisahkan kebersamaan kita. Karna tugas baru akan menanti kami. Tapi, cahaya baru akan muncul meneruskan perjuangan ini dalam menorehkan tinta yang sarat dengan makna dan kebenaran. Tetap semagat, terus berkarya dan raih prestasi.[] 

Posted in: Ragam